Senin, 30 Januari 2017

Wisata Budaya

1.  Bantengan


Gambar : Atraksi Bantengan

Atraksi Bantengan adalah salah satu budaya di Desa Seloliman, atraksi ini dilakukan oleh beberapa oaring dewasa kurang  lebih 4-7 orang. Biasanya atraksi ini dilakukan saat memperingati hari-hari besar seperti ulang tahun Kemerdekaan Indonesia, acara Ruwat Desa, dan acara-acara tertentu yang dikhususkan untuk Desa.


Luka dan bengkak akibat sabetan kayu rotan lawan, tidak dirasakan. Tidak ada dendam antara satu dengan yang lain, walaupun darah menetes dari balik kulit para petarung Ujung. Anehnya, tak satu pula di antara mereka yang merasa kesakitan walau badan mereka luka – luka. Setiap orang mampu menantang lawannya untuk bersaing cambuk, tanpa adanya batasan usia. Petarung hanya boleh memkur daerah bawah leher dan diatas pinggang. Untuk mengikuti kesenian tradisonal yang konon sudah ada dan berkembang sebelum Kerajaan Majapahit ini tidak ada imbalan bagi para petarung yeng mengikutinya. Para petarung Ujung bermain dengan cara berjoget dengan semangat memainkan rotan yang dibawanya dan memukulkan kepeda musuhnya dan juga diiringi oleh Gending Jathen.


Tarung Ujung ini memang bukan sebuah kejuaraan, maka dari itu tidak ada yang menang ataupun kalah. Aksi saling cambuk ini akan dihentikan ketika salah satu petarung telah babak belur dan sudah tak kuat lagi untuk melanjutkan petarungan. Pada zaman dahulu, kesenian ini bertujuan untuk meninta hujan, akibat musim kemarau yang sangat panjang. Sayangnya, kesenian tradisonal ini kurang dikenal oleh masyarakat Mojokerto. Di Mojokerto jarang sekali dijumpai, pegelaran kesian Unjung ini. Seiring berkembangnya zaman, masyarakat Mojokerto mulai sadar dan memiliki inisiatif untuk melestarikan kesenian Ujung yang sesekali penduduk mengadakan pagelaran Ujung. Biasanya kesenian Ujung ini juga digelar untuk memeriahkan hajatan pernikahan masyarakat. (willl)

2. Ujung


Gambar : Kesenian Ujung

Kabupaten Mojokerto memang banyak menaruh sejarah dan kesenian. Kesenian tersebut rata – rata peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Salah satunya merupakan kesenian tarung yang bernama Seni Ujung. Tarung Ujung merupakan salah satu kesenian warga Jawa, sebelum adanya Kerajaan Majapahit, yang bertujuan untuk meninta hujan. Kesenian Ujung kini tumbuh menjadi kesenian rakyat sebagai visualisasi atau gambaran perjuangan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, pada saat mengalahkan bala tentara Tartar. Rotan adalah simbol senjata “Sodo Lanang” yang digunakan Raden Wijaya dalam pertempuran melawan bala tentara Tartar.





Rabu, 11 Januari 2017

Situs Punden

Desa Seloliman terdiri dari tiga dusun diantaranya dusun Bale Kambang, dusun Biting, dan Dusun Sempur-Dusun Janjing(dusun janjing menjadi satu wilayah dengan Dusun Sempur)


1. Dusun Njanjing


Gambar : Punden Dempok Sari
Riwayat punden tersebut berdasarkan sejarah masyarakat Desa Seloliman secara turun-temurun merupakan tempat petilasan yang lebih tepatnya untuk orang ngilmu (mencari ilmu), secara jawa bisa termasuk ilmu kanuragan dan sejenisnya. Di dusun Njanjing ini dahulu sejarahnya di area sekitar punden tersebut merupakan bekas  perkampungan, yang sampai saat ini  kabarnya sudah tiga kali letak perkampungan dusun njanjing berpindah-pindah, mulai di area sekitar punden(di atas bukit), di pertengahan hutan, dan sampai saat ini perkampungkan atau Dusun Njanjing berada di kaki bukit area  Dusun Sempur. Beberapa Penemuan seperti Gerabah, Lumpang dengan delapan lubang.

Gambar : Jalan masuk utama Dusun Njanjing


2. Dusun Biting


Gambar : Punden Keramat Biting

Di dusun Biting ini terdapat  lima punden keramat dan terletak di tengah-tengah makam umum dusun Biting yang dijadikan satu dalam tempat petilasan. Makam umum dusun Biting ini tidak jauh dari gerbang utama PPLH Desa Seloliman, kurang lebih 15 meter sebelah kiri jalan dari gerbang utama PPLH kearah Timur. Sedangkan kelima punden sendiri di antaranya adalah Tunggul wulung/Tunggul Garuda.. disebut Tunggul Garuda karena pada nisan punden terdapat patung garuda yang tepatnya terletak di tengah-tengah perkumpulan lima punden (punden yang batu nisanya diselubungi oleh kain putih) yang diberi payung sutera berwarna kuning sebagai simbol yang menunjukkan strata dan kasta. Melihat dari cerita masyarakat sekitar, elima punden ini awalnya adalah pendekar pilihan yang ditugaskan dari Kerajaan Mataram untuk melanjutkan Pemerintahan Kerajaan Mataram dimana terjadi peralihan dari Kerajaam Majapahit dan Kerajaan Mataram. 
  
Terdapat juga Tunggul Naga, Tunggul Sari, Tunggul Ongkek, dan Ki Demang Alam. Punden Keramat ini telah mengalami dua kali pembangunan, pembangunan pertama berupa pendopo joglo terbuka menggunakan bahan-bahan dari kayu, kemudian kurang lebih dua puluh tahun pendopo untuk petilasan tersebut hancur tidak terawat dan dibangun kembali  pada tahun 2014 oleh orang yang mengaku sebagai keturunan Almarhun pada punden yang dikeramatkan. 

Di punden tersebut rutin diadakan upacara oleh masyarakat hindu khususnya di hari-hari tertentu yaitu Selasa kliwon, Jum'at Legi, dan malam purnama. 


3. Dusun Sempur


Punden ini terletak tepat di tengah persawahan di sebelah utara Dusun Sempur, ini adalah Punden pertama sebelum punden Mbah Ringgit yang terletak di pemakaman Umum. Punden ini menjadi tujuan utama masyarakan Dusun saat mengadakan Ruwat Dusun di Bulan Ruwah, untuk menghormatik Mbah yang dahulu membuka atau mbabat Dusun. Terkhusus untuk Punden Mbah Kertowijoyo ini di kelilingi oleh pemandangan hamparan sawah yang indah dan juga dari punden ini kita bisa melihat pemandangan Gunung Penanggungan yang eksotis.



                                                            Gambar : Punden Keramat

Punden ini terletak di jalan masuk utama Dusun Sempur, di depan pas Hutam Rakyat (Hutan Pohon Sengon)  jalan masuk utama sedikit belok kea rah kiri dan di temui Pohon besar dan tepat di samping pohon Punden Keramat ditemukan.

4. Dusun Balekambang


                                                      Gambar : Punden Balesukudomas

Punden balesukudomas ini terletak di cukup ujung Dusun Balekambang. Tidak ada sejarah detail tentang Punden yang satu ini, namun sedikit cerita dari masyarakat sekitar, menyelaskan bahwa dulunya Punden ini adalah sebuah punden yang di tengahnya terdapat kolam, dan konon ceritanya kola mini dijadikan sebagai sarana untuk membugarkan diri, missal salah satu cerita yaitu pesugihan babi atau jelmaan manusia menjadi babi yang terluka jika menceburkan diri kedalam kolam tersebuh maka secara fisik akan menjadi bugar kembali, namun saat ini kolam tersebut sudah berupa tanah datar. Setiap acara ulang tahun Dusun ini selalu diadakan ruwat Dusun setahun sekali tepat di Bulan Ruwah, acara ini di adakan bukan untuk hal yang bersifat sakral namun hanya untuk memperingati ulang tahun Dusun dan meruwat atau menjaga Dusun.










Situs Candi

1. Candi Jolotundo


Gambar : Wisata Jolotundo

Dari informasi yang terpasang di tembok luar pos jaga candi diketahui bahwa bentuk Petirtaan Jolotundo yang berbentuk empat persegi panjang dengan teras di tengah dan puncak pancuran di tengah-tengah ternyata memiliki arti simbolis sebagai gambaran Mahameru (Gunung Semeru). Dalam konsepsi Hindu, Mahameru dianggap sebagai gunung suci tempat bersemayam para dewa. Konsepsi ini sebenarnya telah dikenal semenjak jaman prasejarah (masa Megalitikum) yang menganggap gunung sebagai unsur tertinggi tempat bersemayamnya roh nenek moyang.

selengkapnya tentang  Jolotundo


2. Candi Kendalisodo


Gambar : Candi Kendalisodo

Dalam tata ruang arsitekturalnya dan penggambaran reliefnya, memeragakan bentuk ringkas jalan Tantra. Panji, dalam cerita Panji, mempersiapkan peziarah, yang datang dari alam duniawi, untuk bertemu ajaran esoteric di pertapaan. Kemajuan dari tahap duniawi ke tahap supra-duniawi, yang menjadi kekhasan tata ruang candi di JawaTimur, di Candi Kendalosodo di tampilkan dalam bentuk horizontal-mula-mula pemujaan, kemudian maju ke pertapaan.
Candi ini terletak di utara Gunung Bekel, bukit Barat laut di bawah Ouncak Gunung Penanggungan, pada ketinggian sekitar 1.100 meter. Untuk menuju tempat ini, orang berjalan jauh menempuh jalur curam selama tiga sampai empat jam. Tempat suci ini terdiri dari dua bagunan: bangunan berteras, dan gua-gua alami berpintu gapura buatan manusia. Kedua bagian ini dihiasi relief naratif. Ketiga relief di dinding gerbang telah dicuri orang, dan tiga dari empat panel di bangunan berteras telah rusak. Candi Kendalisodo berfungsi sebagai pemujaan maupun pertapaan. Tidak ada inskripsi atau angka tahun. Menurut Stutterheim (1940: 132), situs ini dibangun pada pertengahan abad ke-15, Karena sebagian besar tempat suci di lereng atas Gunung Penanggungan didirikan pada masa itu. Candi Kendalisodo menduduki tepat tertinggi dalam hierarki spiritual dalam sebuah kelompok mandala1. Masuk akal jika tempat tertinggi ini dihiasi relief yang mengilustrasikan perjalanan mendekati dataran tertinggi.

1mandala : diagram, (a) struktur tertentu kerajaan-kerajaan, (b) objek meditasi, (c) kelompok tempat suci dan pertapaan di gunung

3. Reco Macan 


Gambar : Arca Macan

Arca Macan ini terletak di Pemakaman Umum Dusun Balekambang, arca ini saat ditemui Januari 2017, sudah tidak berbentuk Arca Macan lagi tapi hanyalah sebagaian kecil sisa dari Arca Macan yang sebenarnya. Arca Macan ini ketika di zaman Orde Baru diperintahkan untuk dihancurkan dalam rangka menghapus penyembahan kepada berhala, kata Bapak Anam selaku Polo Dusun Balekambang Yang mengantarkan kita berkeliling ke beberapa situs.

4. Watu Tulis


Gambar : Watu Tulis

Watu tulis ini sejarahnya masih simpang siur dan tidak cukup detail, bahkan sampai saat ini pun ketika Januari 2017 kami melihat langsung, watu ini tepat terletak di pinggir jalan perkampungan Dusun Balekambang. Watu Tulis ini didapati tulisan kuno di tengahnya, dan menurut versi kami (Tim KKN Desa SelolimanUniversitas Surabaya) Watu Tulis ini merupakan bagian patung gajah yang sudah terpecah Karena bentuk patung ini seperti bagian dari wajah samping dekat telinga gajah.



















Team KKN UBAYA




Ketua KKN : Adam Surojo (Fakultas FBE 2014)
                                                                    

 Anggota 1: Intan Yuniati .A (Fakultas Hukum 2014) 



 Anggota 2 : Andi .C.W


 Anggota  3: Wenny Ambarsari (Teknobiologi 2014)

 Anggota 4 : Fresti .A (Farmasi 2013)



Profil Desa

Gambar: Kantor Kepala Desa Seloliman

Desa Seloliman dengan luas 4,62 kmterletak pada 07° 36’31,7” LS dan 112° 35’05,8” BT. Desa Seloliman terdiri dari tiga dusun diantaranya Dusun Biting, Sempur, dan Balekambang. Batas-batas desa ini yaitu sebelah Utara Desa Kesimen, Barat Desa Sugeng, Selatan Desa Kedungudi, dan Timur Hutan,Ngoro. Desa ini memiliki total penduduk 2474 jiwa.

Nama Seloliman sendiri berasal dari kata Sansekerta yaitu “Selo” yang berarti Batu dan “Liman” yang berarti Gajah. Sehingga arti nama  Seloliman sendiri berarti batu besar (diibaratkan seperti gajah) karena konon  katanya pada saat babad desa kondisi hutan dan kawasan yang dibabad banyak ditemukan batuan besar dan sampai saat ini masih banyak  ditemukan batu-batu besar di pinggir jalan menuju kawasan Jolotundo.
Desa Seloliman memiliki banyak budaya yang masih terjaga kelestariannya seperti Ruwah Dusun, Wayang Kulit, Pencak Silat Mulya Sakti, Banthengan (kuda lumping), dan Karawitan. Selain itu, juga terdapat situs purbakala Jalatundo, Punden Mbah Sumboj, dan Punden Bale Sukudomas.
Landmark yang ada di Desa Seloliman diantaranya kantor kepala desa, masjid, PPLH, sekolah, sumber air, kesehatan, dan situs purbakala.
Banyak potensi yang terdapat di Desa Seloliman mulai dari potensi fisik dan non fisik. Potensi fisik meliputi sumber mata air, perkebunan, pertanian, dan peternakan serta potensi non fisik yaitu wisata alam dan outbound di PPLH serta wisata sejarah di situs-situs purbakala.
Ada beberapa rekomendasi untuk meningkatkan potensi yang dimiliki Desa Seloliman yaitu mengadakan sosialisasi tentang pengolalahan pertanian dan menata sistem distribusi  hasil panen agar petani bisa menjual hasil panennya tidak pada tengkulak, memberikan fasilitas untuk industri kecil dan menengah berupa pelatihan, sarana dan prasarana  pembuatan, dan pemasaran hasil industri, melakukan perawatan fasilitas umum dengan mengikutsertakan warga Desa Seloliman , pengadaan transportasi umum dan memaksimalkan ojek sebagai transportasi umum saat ini, serta pembekalan softskill, hardskill dan sebagainya yang didasarkan pada kebutuhan pengembangan pertanian dan wirausaha.
Desa Seloliman dengan luas 4,62 kmterletak pada 07° 36’31,7” LS dan 112° 35’05,8” BT. Desa Seloliman terdiri dari tiga dusun diantaranya Dusun Biting, Sempur, dan Balekambang. Batas-batas desa ini yaitu sebelah Utara Desa Kesimen, Barat Desa Sugeng, Selatan Desa Kedungudi, dan Timur Hutan,Ngoro. Desa ini memiliki total penduduk 2474 jiwa.
Nama Seloliman berasal dari kata Sansekerta yaitu “Selo” yang berarti Batu dan “Liman” yang berarti Gajah. Sehingga arti nama  Seloliman sendiri berarti batu besar (diibaratkan seperti gajah) karena konon  katanya pada saat babad desa kondisi hutan dan kawasan yang dibabad banyak ditemukan batuan besar dan sampai saat ini masih banyak  ditemukan batu-batu besar di pinggir jalan menuju kawasan Jolotundo.
Desa Seloliman memiliki banyak budaya yang masih terjaga kelestariannya seperti Ruwah Dusun, Wayang Kulit, Pencak Silat Mulya Sakti, Banthengan (kuda lumping), dan Karawitan. Selain itu, juga terdapat situs purbakala Jalatundo, Punden Mbah Sumboj, dan Punden Bale Sukudomas.
Landmark yang ada di Desa Seloliman diantaranya kantor kepala desa, masjid, PPLH, sekolah, sumber air, kesehatan, dan situs purbakala.
Banyak potensi yang terdapat di Desa Seloliman mulai dari potensi fisik dan non fisik. Potensi fisik meliputi sumber mata air, perkebunan, pertanian, dan peternakan serta potensi non fisik yaitu wisata alam dan outbound di PPLH serta wisata sejarah di situs-situs purbakala.
Ada beberapa rekomendasi untuk meningkatkan potensi yang dimiliki Desa Seloliman yaitu mengadakan sosialisasi tentang pengolalahan pertanian dan menata sistem distribusi  hasil panen agar petani bisa menjual hasil panennya tidak pada tengkulak, memberikan fasilitas untuk industri kecil dan menengah berupa pelatihan, sarana dan prasarana  pembuatan, dan pemasaran hasil industri, melakukan perawatan fasilitas umum dengan mengikutsertakan warga Desa Seloliman , pengadaan transportasi umum dan memaksimalkan ojek sebagai transportasi umum saat ini, serta pembekalan softskill, hardskill dan sebagainya yang didasarkan pada kebutuhan pengembangan pertanian dan wirausaha.