1. Bantengan
Gambar : Atraksi Bantengan
Atraksi Bantengan adalah salah satu budaya di Desa Seloliman, atraksi ini dilakukan oleh beberapa oaring dewasa kurang lebih 4-7 orang. Biasanya atraksi ini dilakukan saat memperingati hari-hari besar seperti ulang tahun Kemerdekaan Indonesia, acara Ruwat Desa, dan acara-acara tertentu yang dikhususkan untuk Desa.
Luka dan bengkak akibat sabetan kayu rotan lawan, tidak dirasakan. Tidak ada dendam antara satu dengan yang lain, walaupun darah menetes dari balik kulit para petarung Ujung. Anehnya, tak satu pula di antara mereka yang merasa kesakitan walau badan mereka luka – luka. Setiap orang mampu menantang lawannya untuk bersaing cambuk, tanpa adanya batasan usia. Petarung hanya boleh memkur daerah bawah leher dan diatas pinggang. Untuk mengikuti kesenian tradisonal yang konon sudah ada dan berkembang sebelum Kerajaan Majapahit ini tidak ada imbalan bagi para petarung yeng mengikutinya. Para petarung Ujung bermain dengan cara berjoget dengan semangat memainkan rotan yang dibawanya dan memukulkan kepeda musuhnya dan juga diiringi oleh Gending Jathen.
Luka dan bengkak akibat sabetan kayu rotan lawan, tidak dirasakan. Tidak ada dendam antara satu dengan yang lain, walaupun darah menetes dari balik kulit para petarung Ujung. Anehnya, tak satu pula di antara mereka yang merasa kesakitan walau badan mereka luka – luka. Setiap orang mampu menantang lawannya untuk bersaing cambuk, tanpa adanya batasan usia. Petarung hanya boleh memkur daerah bawah leher dan diatas pinggang. Untuk mengikuti kesenian tradisonal yang konon sudah ada dan berkembang sebelum Kerajaan Majapahit ini tidak ada imbalan bagi para petarung yeng mengikutinya. Para petarung Ujung bermain dengan cara berjoget dengan semangat memainkan rotan yang dibawanya dan memukulkan kepeda musuhnya dan juga diiringi oleh Gending Jathen.
Tarung Ujung ini memang bukan sebuah kejuaraan, maka dari itu tidak ada yang menang ataupun kalah. Aksi saling cambuk ini akan dihentikan ketika salah satu petarung telah babak belur dan sudah tak kuat lagi untuk melanjutkan petarungan. Pada zaman dahulu, kesenian ini bertujuan untuk meninta hujan, akibat musim kemarau yang sangat panjang. Sayangnya, kesenian tradisonal ini kurang dikenal oleh masyarakat Mojokerto. Di Mojokerto jarang sekali dijumpai, pegelaran kesian Unjung ini. Seiring berkembangnya zaman, masyarakat Mojokerto mulai sadar dan memiliki inisiatif untuk melestarikan kesenian Ujung yang sesekali penduduk mengadakan pagelaran Ujung. Biasanya kesenian Ujung ini juga digelar untuk memeriahkan hajatan pernikahan masyarakat. (willl)
2. Ujung
Gambar : Kesenian Ujung
Kabupaten Mojokerto memang banyak menaruh sejarah dan kesenian. Kesenian tersebut rata – rata peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Salah satunya merupakan kesenian tarung yang bernama Seni Ujung. Tarung Ujung merupakan salah satu kesenian warga Jawa, sebelum adanya Kerajaan Majapahit, yang bertujuan untuk meninta hujan. Kesenian Ujung kini tumbuh menjadi kesenian rakyat sebagai visualisasi atau gambaran perjuangan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, pada saat mengalahkan bala tentara Tartar. Rotan adalah simbol senjata “Sodo Lanang” yang digunakan Raden Wijaya dalam pertempuran melawan bala tentara Tartar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar